Dekon, Nyanyian Yang Dibungkam

Dekon nike tuhu wejangane becik
Margi kesaratan mangda ical je sayahe
De je uyut mesogsag mengajak timpal

Bersatu pang teguh, rakyat buruh tani
Musuhe nu galak, tikus tikus ekonomi
De mengugu pencoleng mebaju gagah
Jalan jani luh muani, cerik kelih tua bajang bersatu apang je teguh,
menyarengin nasakom menjadi inti

Terjemahan:
Dekon itu adalah sebuah wejangan yang baik
Jalan yang didambakan agar kemiskinan dan penderitaan hilang
Jangan ribut dan saling sikut dengan teman

Bersatu supaya teguh, rakyat buruh dan petani
Musuh masih galak, tikus – tikus ekonomi
Jangan percaya penghasut berbaju gagah
Mari sekarang wanita laki – laki, kecil besar tua muda bersatu supaya teguh
Mengikuti nasakom menjadi inti

Pertama kali mendengar lagu ini, nada – nadanya terasa sangat familiar ditelinga. Lirik yang begitu kuat seolah-olah mampu membawa saya dalam sebuah keadaan yang tidak bisa saya gambarkan. Karena rasa penasaran, kemudian saya mencoba mencari tahu lebih jauh makna dan sejarah dari lagu tersebut.

Dekon adalah sebuah singkatan. Lagu ini terinspirasi dari kutipan pidato Presiden Soekarno tanggal 28 Maret 1963 di Jakarta yang berjudul “Deklarasi Ekonomi”. Diciptakan oleh seorang seniman asal Singaraja, yang kala itu berumur 30 tahun bernama Ketut Putu. Ia tergabung dalam sebuah perkumpulan sastrawan dan seniman bernama Lekra yang aktif menggaungkan perjuangan untuk rakyat yang tertindas.

Pada setiap pementasan dikampung – kampung, Dekon adalah lagu wajib yang mesti dinyanyikan, sehingga lagu ini menjadi begitu terkenal dan membakar semangat setiap pergerakan pada saat itu. Ketut Putu menjadi tahanan politik tragedi 65, yang kabarnya juga meninggal akibat disiksa.

Mengetahui sedikit cerita tersebut, memutar kembali lagu ini membuat saya merinding. Seorang anak muda berumur 30 tahun mampu menggerakan batin dan emosi masyarakat desa, kemudian ia harus merelakan nyawanya demi sebuah perjuangan.

Lagu ini saya putar berulang kali. Setiap saya putar, saya tidak bisa menahan airmata mendengarkan lirik – liriknya. Saya merasakan sebuah semangat, kepedihan sekaligus kekuatan yang mampu menggerakan ruang – ruang kecil, kemudian lama – lama berkumpul menjadi sebuah energi yang besar.

Mudah – mudahan semangat yang dikobarkan oleh Ketut Putu dalam setiap nada dan liriknya tersebut masih mampu didengarkan oleh anak – anak muda saat ini dan membakar jiwanya untuk membuat sebuah perubahan demi sebuah cita – cita mencapai kedamaian.

Lagu ini dinyanyikan oleh Guna Warma a.k.a Kupit Nostress dalam sebuah acara bertajuk “Prisons Songs: Nyanyian yang Dibungkam” di Jakarta pada bulan Agustus 2015.