Jika diibaratkan manusia sebagai sebuah komputer, manusia adalah komputer tercanggih yang pernah ada di dunia ini. Hanya saja kita sering lupa akan kemampuan – kemampuan canggih yang kita miliki sedari kita terlahir di dunia ini. Kealpaan itu disebabkan adanya keterbatasan yang dibentuk oleh ego, lingkungan dan berbagai konsep lain yang sudah kita rekam sedari kita mengenal adanya logika dalam kehidupan.
Bisa saya katakan bahwa batasan – batasan tersebut adalah software yang telah diinstall dalam pikiran kita, agar kita berfikir persis seperti apa yang telah ditentukan dalam algoritma yang telah direkayasa dengan batasan – batasan tertentu dalam software tersebut. Sehingga mampu menghasilkan output yang diinginkan. Setiap software yang diinstall tentu memiliki tujuan dan manfaat tertentu.
Pikiran manusia adalah sebuah mesin otomatis yang menjalankan semua fungsi software yang telah diinstall. Pikiran menjalankan semua perintah sesuai dengan input yang diberikan oleh panca indra, lalu mengolah data masukan tersebut menggunakan algoritma / logika pada software yang terinstall. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa pikiran kita ini adalah sebuah prosesor dengan kapasitas kecepatan yang sangat tinggi.
Saat kulit kita terkena api yang panas, kulit sebagai salah satu input dalam tubuh akan langsung mengirimkan data tersebut ke pikiran untuk diproses. Pikiran lalu mencari informasi lebih lanjut ke chitta untuk mendapatkan response yang tepat sesuai dengan algoritma yang telah diinstall, sehingga output yang nanti dikeluarkan sesuai, yaitu rasa panas. Chitta jika diibaratkan kembali dengan komputer, adalah sebuah memory. Tugasnya menyimpan semua data yang pernah diproses sebelumnya oleh pikiran, sehingga pada saat diperlukan oleh pikiran, hasilnya dapat dengan cepat ditemukan dan dimunculkan baik berupa visual, suara maupun rasa.
Lalu bagaimana kalau hasil yang dicari oleh pikiran tidak ada dalam chitta / memory? Inilah salah satu yang membedakan manusia dengan komputer. Jika pada komputer, hal tersebut secara otomatis akan memunculkan error yang mengatakan bahwa data tidak ditemukan. Tidak demikian dengan manusia. Manusia memiliki Kesadaran budhi. Budhi adalah kebijaksanaan yang ada dalam diri manusia, yang sejatinya terus menuntun manusia untuk berbuat sesuai dengan tujuannya terlahir kedunia ini. Kesadaran budhi ini sering juga disebut dengan kesadaran diri sejati. Budhi-lah yang akan memberi response terhadap data tersebut. Bagaimana response yang diberikan? Itu akan sangat tergantung dari tingkat kesadaran kita saat ini akan sesuatu (data inputan tersebut).
Faktanya, kita sering melupakan budhi dalam diri kita. Kita lebih sering berjalan secara otomatis sesuai dengan sistem canggih yang telah terinstall dalam pikiran kita. Bahayanya lagi, kita sering menganggap pikiran kita adalah tuan / majikan kita. Sesungguhnya, pikiran hanyalah pelayan diri sejati kita (budhi). Pikiran akan melakukan apapun yang diperintah oleh budhi. Maka dari itu, kenalilah diri sejati kita (budhi) lebih sering dengan selalu belajar untuk sadar. Sadar bahwa pikiran kita bukanlah tuan. Ia hanya sebuah mesin otomatis yang berjalan sesuai dengan software yang telah terinstall.
Bagaimana caranya belajar agar tetap sadar? Yang saya lakukan biasanya adalah mengamati pikiran. Saat sedang duduk santai, terkadang banyak hal terlintas dalam pikiran. Disitu saya biasanya langsung mengamati setiap pikiran yang terlintas. Saya hanya mengamatinya, dan menyadari bahwa setiap pikiran itu ada. Mengamati rasa yang kemudian muncul pada setiap pikiran yang terlintas. Dengan demikian, artinya saya sedang melatih kesadaran saya (budhi) untuk menyadari setiap proses otomatisasi yang terjadi dalam pikiran. Harapannya tentu agar saya mampu setidaknya membedakan antara Kesadaran dan Pikiran.