Rahwana yang Setia

Anda mungkin sudah sering mendengar maupun menonton kisah epik Ramayana yang menceritakan perjalanan Rama untuk berperang melawan Rahwana yang telah merebut dan melarikan Shinta ke Alengka Pura.

Dalam setiap kisah yang saya baca maupun tonton, bagi saya Rama adalah seorang yang selalu berbuat dharma / baik yang patut kita tiru, sedangkan Rahwana adalah sosok sakti menakutkan dan kejam yang tentunya tidak sebaiknya ditiru.

Namun, ada sebuah kisah yang kemudian membuka mata saya, bahwa setiap kejahatan selalu ada sedikit kebaikan yang bersinar, meskipun kecil dan tak terlihat. Kisah tersebut adalah tentang kesetiaan Rahwana akan Satyawati istrinya.

Diceritakan bahwa Shinta adalah titisan Dewi Satyawati, dimana Satyawati adalah istri Rahwana yang telah meninggal. Dalam sepanjang kehidupannya bersama Satyawati, Rahwana begitu mencintainya sampai akhir hayat menjemput Satyawati. Rahwana yang mendapatkan anugerah Dewa Siwa untuk hidup abadi, begitu sedih dan terpukul selama ratusan tahun karena ditinggal pergi oleh istrinya.

Tanpa sepengetahuan Rahwana, Satyawati lahir kembali ke bumi berinkarnasi dengan nama Shinta di kerajaan Mithila, dan dibesarkan oleh Raja Janaka. Saat Shinta beranjak dewasa, Raja Janaka kemudian mengadakan sayembara yang kemudian dimenangkan oleh Rama.

Jauh setelah itu, barulah Rahwana mengetahui bahwa Shinta merupakan titisan Satyawati, istri yang ia cintai. Rahwana pun senang bercampur marah mengetahui bahwa Rama telah menjadi suami Shinta. Hingga akhirnya, ia menculik Shinta dan diajak ke Alengka Pura.

Di Alengka Pura, Shinta disekap selama kurang lebih tiga tahun. Namun, walaupun begitu, ia diperlakukan dengan sangat baik oleh Rahwana. Rahwana tidak menyentuh Shinta sama sekali. Bisa saja ia langsung memperkosa Shinta saat itu, namun ia tidak melakukan itu.

Ia percaya cinta Satyawati, istri Rahwana sebelumnya bisa ia dapatkan kembali tanpa menggunakan paksaan. Ia bertekad untuk menyadarkan Satyawati dalam wujud Shinta dengan cinta kasihnya. Setiap hari ia menemui Shinta, memberikan pujian melalui puisi – puisinya yang menyejukan, dan mengingatkannya kembali akan kehidupan sebelumnya. Ia sabar menunggu sampai Shinta benar – benar sadar akan kesejatian dirinya.

Tiga tahun pun berlalu, Rama sama sekali tidak datang ke Alengka Pura. Selama itu, Shinta perlahan mulai menyadari akan kehidupannya terdahulu. Ia memang sosok yang begitu setia sehingga ia bernama Satyawati pada kehidupan sebelumnya. Ia mengatakan pada Rahwana, “Aku pun menyayangimu Rahwana, tetapi saat ini aku tidak akan bisa bersamamu, karena aku telah terikat dengan Rama. Engkau harus bisa menerima kenyataan itu di kehidupan ini. Aku bukan lagi Satyawati yang sama seperti pada kehidupanku yang sebelumnya. Waktu telah mengubahku untuk menjadi milik Rama saat ini.”

Rahwana begitu senang mendengar hal tersebut. Ia senang karena Satyawati telah ingat akan dirinya yang saat ini berwujud Shinta. Bersyukurlah bahwa Shinta memiliki jiwa yang begitu bersih, sehingga mampu menasehati Rahwana bahwa apa yang dilakukannya itu tidak baik dan ia harus segera dikembalikan kepada Rama. Namun, tak lama kemudian, Rama berhasil menggempur Alengka Pura bersama pasukan Wanaranya, yang akhirnya meluluh lantahkan Alengka Pura. Rahwana membiarkan begitu saja Shinta diambil kembali kepangkuan Rama, tanpa perlawanan yang berarti. Mungkin saja bisa terjadi, Rahwana akan mengembalikan Shinta, jika Rama tidak lebih dahulu menyerang Alengka. Karena pasukan Rama sudah siap menggempur, Rahwana pun tidak mau menyerah dan mundur. Ia mempertaruhkan nyawanya demi harga diri dan rakyat di kerajaannya.

Setelah tiga tahun berada di Alengka Pura, Shinta pun akhirnya kembali kepada Rama. Namun, Rama mempertanyakan kesetiaan dan kesucian Shinta selama tiga tahun tersebut, yang akhirnya menyebabkan Shinta untuk melakukan sumpah berjalan diatas api untuk membuktikan kesuciannya. Membuktikan bahwa benar Rahwana tidak menyentuhnya sama sekali selama tiga tahun berada di Alengka Pura.

Begitulah cerita yang pernah saya dengar dan baca mengenai Rahwana yang sesungguhnya memiliki sisi baik dalam dirinya. Ada setumpuk cerita lain yang mungkin akan saya tuliskan dalam judul – judul berikutnya mengenai Rahwana dari sisi yang berbeda. Bagaimana kerasnya hidup Rahwana harus berjuang mempertahankan kerajaannya, Rahwana yang begitu mencintai Ibu dan adik – adiknya, bagaimana ia bisa menguasai Ilmu Shastra Jendra di usia muda dengan menjadi petapa yang taat dan banyak hal lainnya yang belum pernah saya dengar dan baca sebelumnya. Jangan terkecoh oleh serial televisi yang tentunya akan memandangnya dari satu sisi saja, mengangkat tokoh yang baik dan menyudutkan yang buruk, agar emosi Anda terhanyut dalam cerita tersebut.

Semoga dengan membaca cerita diatas, Anda dan saya menjadi paham dan mengerti bahwa apa yang kita anggap buruk selama ini, jika kita pandang dari sisi yang berbeda dapat memberikan Anda pemahaman yang lebih luas. Sesungguhnya tidak ada kebenaran yang pasti di dunia ini. Maka dari itu, temukanlah  jalan menuju kebaikan. Kebaikan saya, Anda  dan kita semua di dunia ini.