Kali ini saya ingin sedikit berbagi tips membangun hubungan baik dengan partner kerja. Tulisan ini saya buat karena banyak yang bertanya kepada kami, apa sih tips kami bisa akur selama 12 tahun membangun usaha dengan partner bisnis?
Mungkin ada yang belum tahu, saya dan beberapa teman membangun usaha Lumonata semenjak 12 tahun lalu, hanya bermodalkan kemampuan dan niat saja. Kami tidak dibekali modal yang cukup, sehingga bisa dibilang saat kami memulai, modal yang kami gunakan Rp 0.
Sejak awal kami mendirikan usaha, kami semua sudah berkomitmen. Agar perusahaan bisa berjalan baik, ada beberapa hal yang kami jadikan landasan berfikir, salah satunya adalah membangun usaha ini dengan visi liar tanpa beban.
Perusahaan kami bergerak dalam bidang inovasi sehingga diperlukan visi yang liar dalam membangun usaha. Untuk mewujudkan visi itu, tidak boleh sama sekali ada beban dimasing – masing pundak para pendirinya.
Beban pertama adalah keluarga. Kami saat itu membuat aturan, tidak boleh ada anggota keluarga yang ikut dalam perusahaan. Kami sadar, jika ada anggota keluarga yang ikut bergabung dalam perusahaan, kemudian saat ada masalah dalam perusahaan, bisa saja anggota keluarga tersebut memberikan bisikan – bisikan setan kepada salah satu pendiri, sehingga munculah beban yang dapat memecah belah visi liar kami.
Beban selanjutnya adalah uang. Dalam usaha apa pun, tentu ingin mendapatkan untung. Namun yang kami perhatikan saat itu adalah, jika kami mendapatkan untung, keuntungan ini kemudian kami gunakan untuk apa? Saya masih ingat sekali, walaupun usia kami saat itu masih relative muda (24), kami sudah sadar bahwa uang itu adalah sumber masalah.
Banyak ada uang akan menjadi masalah, apalagi tidak ada uang, pastinya akan menjadi masalah lebih besar. Jadi saat itu kami sepakat, uang hanya kami gunakan sebagai alat untuk mencapai manfaat yang sebesar – besarnya untuk pelanggan dan juga team kami.
Beban selanjutnya adalah komunikasi. Banyak pengusaha yang baru merintis usaha bersama partner mengalami kendala dalam komunikasi. Terutama saat membicarakan pembagian hak dan tanggung jawab, begitu pula tanggung jawab. Berbeda dengan kami, sedari awal kami sudah membicarakan hak dan tanggung jawab dengan jelas.
Begitu pula saat kami mengalami masa terpuruk. Kami terus membuka komunikasi dan fokus dalam menyelesaikan permasalahan. Tidak berusaha mencari – cari kesalahan antar satu dengan yang lain. Sehingga semua beban yang kami pikul, bisa kami bagi dan temukan solusinya.
Itu hanya sebagian cerita yang bisa saya bagikan, agar teman – teman tahu memimpin tanpa beban itu sangat penting agar visi liar yang kita miliki dalam mewujudkan manfaat baik itu dapat terwujud.
Lihat saja Jokowi, Ahok dan pemimpin lain yang benar – benar menggunakan kecerdasannya memimpin tanpa beban masa lalu. Mereka dapat membuat perubahan besar di negara ini. Niat mereka murni untuk memberikan yang terbaik untuk bangsa.
Terkadang mereka mengurungkan ego mereka demi kepentingan masyarakat banyak. Bahkan tidak malu meminta maaf, jika itu memang membuat situasi terkendali. Meskipun harus mengorbankan kehidupan pribadinya.
Syukurlah, saya selalu tetap dituntun dalam jalan yang benar. Dan semoga kedepan, saya bisa tetap terus belajar menjadi pribadi yang lebih baik, tulus iklhas dalam berbuat dan mengabdi kepada hidup ini.