Generasi Petani dan Krisis Pangan

Pertanian adalah potensi utama yang dimiliki kabupaten Tabanan saat ini. Beberapa tahun lalu, saya berjumpa dengan seseorang dari luar negeri yang memberikan saya sedikit gambaran dan pencerahan tentang apa yang mungkin akan terjadi dimasa depan.

Dalam diskusi tersebut, ia mengatakan kepada saya, “Hari ini dunia mengalami krisis energi, suatu saat nanti dunia bisa jadi akan mengalami krisis pangan. Indonesia adalah negara khatulistiwa dimana musimnya sangat mendukung untuk bercocok tanam. Kamu sebagai anak muda yang dimiliki oleh negara ini, pikirkanlah itu baik – baik.”

Saat itu saya masih belum begitu mengerti apa yang ia maksud, hingga akhirnya setelah sekitar 9 tahun saya sedikit paham.

Lahan – lahan pertanian saat ini sudah mulai berkurang, begitu juga dengan tenaga kerjanya. Minat untuk menjadi petani semakin berkurang dari generasi ke generasi. Anak – anak mudanya semakin menjauh karena menganggap pekerjaan ini kotor dan tidak memiliki hasil yang baik.

Diperlukan terobosan dan cara pandang baru untuk merubah pola pikir tersebut. Terutama bagi generasi milenial. Salah satunya dengan pemanfaatan teknologi yang tepat guna sesuai dengan wilayah sekitar.

Teknologi itu bagai dua bilah mata pisau, sehingga perlu dipastikan pemanfaatan teknologi juga harus seimbang dengan keselarasan dan keseimbangan lingkungan.

Subak Bengkel Tabanan hari ini melakukan uji coba pemanfaatan mesin panen bantuan dari Kementrian Pertanian Pusat yang dijembatani oleh Bapak Made Urip (anggota DPR RI provinsi Bali) melalui Dinas Pertanian Tabanan.

Suatu langkah baik untuk memancing minat pemuda di Tabanan. Selanjutnya yang perlu dipikirkan adalah langkah – langkah pengembangan teknologi selaras alam, tidak bising namun tetap produktif. Selain itu, ekosistem penunjang dari hulu hilir harus segera dibangun untuk kesejahteraan petani.