Aplikasi Nyata dalam melakukan Bhuta Yadnya

Sudah hampir dua tahun kami memulai program pengelolaan sampah berbasis sumber di Desa Bengkel. Tentu dalam proses tersebut banyak kendala yang kami temukan utamanya dalam merubah prilaku masyarakat dalam memanajemen sampah dirumah tangganya masing-masing.

Bulan Agustus 2020, sebagai Kepala Desa saya memutuskan untuk menghentikan layanan angkut buang sampah dari desa ke TPA yang berlokasindi Mandung. Selain memang karena TPA Mandung kondisinya sudah penuh, faktor lain yang menyebabkan saya memutuskan untuk menghentikan layanan tersebut adalah karena jadwal pengangkutan yang tidak teratur.

Berbagai hal telah coba diupayakan untuk membenahi layanan agar berjalan dengan baik, salah satunya adalah menghentikan layanan pada desa tetangga. Dari data yang saya dapatkan di BUMDes, ada sekitar tiga desa tetangga yang juga menjadi target layanan meskipun tidak semua warganya ikut. Namun, hal tersebut yang mengakibatkan layanan di desa sendiri menjadi tersendat.

Sampah yang tidak kunjung diambil berserakan di depan rumah warga, sehingga pemandangan sudut desa menjadi sangat kotor akibat menumpuknya sampah warga di depan rumah berhari – hari.

Januari 2021 kami kemudian mulai metode pengelolaan sampah dengan mengikuti Pergub Bali No 47 2019. Saya sendiri harus mempelajari banyak literasi mengenai pengetahuan teknis dan pelaksanaan di lapangan. Berkunjung ke berbagai TPS3R yang ada di Bali untuk melihat sistem yang dijalankan. Seperti biasa, dalam pengamatan, beberapa hal saya tiru dan beberapanya harus saya modifikasinuntik disesuaikan dengan kondisi di desa.

Ada tantangan tersendiri juga yang saya alami dalam menjalankan program bank sampah tersebut. Banyaknya jenis-jenis sampah yang bisa disetor dan ditabung, membuat saya harus berkomitmen untuk terus mendampingi kader yang dibentuk di masing-masing banjar. Kurang lebih selama delapan bulan setiap minggu saya memastikan bank sampah terus dibuka dimasing-masing banjar dan mendampingi kader dalam menentukan klasifikasi jenis sampah yang dibawa oleh warga. Dibulan kesembilan, perlahan saya mulai melepas dan saat ini kader bank sampah telah memiliki pengetahuan yang cukup dalam mengetahui jenis sampah serta sistem manajamennya.

Kendala lain yang kami hadapi adalah merubah persepsi masyarakat akan sampah. Masyarakat yang masih belum paham menganggap sampah adalah sesuatu yang kotor atau sering disebut cemer kalau di Bali. Adalah sifat alami setiap manusia bahwa dia tidak ingin terlihat kotor. Namun tidak ia sadari bahwasanya ia sendiri selalu membawa kotoran kemana-mana dalam perutnya.

Wajar, namun ketika kewajaran tersebut tidak dibarengi dengan pikiran yang terbuka dan tindakan nyata maka akan menjadi persepsinya yang terlalu barbar.

Beberapa warga ada yang mengeluhkan tempat yang kami gunakan untuk membuka bank sampah. Kebetulan satu-satunya fasilitas umum yang ada dan bisa kami gunakan adalah Balai Banjar yang memiliki tempat suci / pura pengulun desa. Tak cukup hanya itu, ada juga aksi protes dari warga yang disampaikan dengan cara yang kurang elok, dengan memajang baliho yang mempertanyakan tentang satatus mobil angkut sampah yang sudah tidak layak pakai.

Dalam perjalanan ini saya banyak mengambil makna bahwa bahwa berbuat benar mungkin saja belum tentu baik untuk masyarakat. Namun, bagi saya yang sedang saya jalani adalah sebuah amanat untuk tetap menjaga keseimbangan alam. Saya yakin alam akan menunjukan arah yang baik jika sudah didasari oleh niat yang baik.

Menjaga lingkungan bagi saya adalah aplikasi nyata untuk beryadnya. Jika selama ini kita sering disibukan dengan yadnya adalah rangkaian upacara yang dapat menggetarkan vibrasi alam sekitarnya, menjga lingkungan tetap bersih juga tidak kalah pentingnya bagi. Alam yang indah dan bersih akan memberikan dampak getaran vibrasi yang lebih terasa, karena secara kasat mata akan langsung terlihat.

Maret 2022, TPS3R Bestari telah beroprasi dan sampai tulisan ini saya buat sudah melayani 82 Rumah Tangga. Berjalanan terus kami lanjutkan, karena bagi saya ini adalah sebuah perjalanan untuk memupuk sebuah kesadaran yang secara konsisten harus terus dilakukan.