Leluhur kita di Bali yang kita sebut kuno sesungguhnya menyimpan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat tinggi. Rumitnya informasi dan ilmu yang terkandung dalam sebuah pengetahuan berhasil disederhanakan oleh para leluhur kita untuk mempermudah kita dalam melakukan implementasi dalam kehidupan nyata.Namun saking sederhananya aplikasi yang telah dibuat oleh leluhur kita tersebut, kita menjadi sering lupa akan nilai inti yang terkandung didalamnya.
Sama halnya dengan HP yang kita pegang saat ini. Saking sederhananya cara menggunakan aplikasi yang telah terinstall, Anda akhirnya bisa membaca isi pikiran saya dari mana saja.
Sering kali kita lupa bahwa ada kompleksitas data dan informasi yang tersusun dari kesederhanaan tersebut yang terkadang saat membaca atau menonton bisa membuat kita sedih atau pun senang.
Salah satu ilmu pengetahuan yang telah diwariskan oleh leluhur kita mengenai mahkluk yang ada di alam bawah misalnya adalah Kandapat Bhuta yaitu empat saudara kita secara niskala. Disebut niskala karena tidak terlihat secara kasat mata.
Saya tidak begitu mengerti dengan informasi dan ilmu yang terkandung dalam kearifan lokal tersebut, sehingga saya tidak bisa mengolahnya menjadi sebuah pengetahuan.
Namun hari ini saya bertemu dengan seseorang yang kembali merangsang pikiran untuk menggali dan mengkonektivitaskan ilmu tersebut secara logis dan ilmiah. Beliau mengatakan bahwa sesungguhnya apa yang terkandung dalam Kandapat Butha tersebut adalah pelajaran tentang Mikrobiologi.
Mikrobiologi yang dimaksudkan lebih spesifiknya adalah bakteri dan virus. Namun saya ingin mengarahkan fokus tulisan ini hanya pada bakteri saja agar tidak terlalu lebar. Beliau mengatakan bahwa di alam semesta pun pada setiap mahkluk hidup sejatinya ada empat fungsi utama dari bakteri yaitu: Pembentuk zat / enzym, pengatur bakteri baik, penghancur bakteri buruk dan satu lagi proses yang paling penting adalah penyinaran.
Dalam kultur Bali, pengetahuan mengenai fungsi-fungsi tersebut diberikan sebuah nama yaitu Anggapati, Prajapati, Banaspati dan Banaspati Raja.
Unsur-unsur mikrokosmos ini berperan sangat penting dalam kehidupan. Meskipun tak terlihat namun jika kita mampu memanfaatkannya dengan baik, maka akan sangat berguna bagi kehidupan. Sebaliknya, bisa juga mencemari lingkungan dan kehidupan.
“Untuk tetap mengingatkan kita, leluhur kita kemudian membuat sebuah simbol berupa daksina. Segala isi yang ada dalam daksina sesungguhnya merupakan makanan dari bakteri tersebut.” Lanjut beliau lagi.
Masuk akal. Dengan menggunakan bahan yang menjadi makanan mikroorganisme tersebut dalam daksina, leluhur kita ingin agar kita tetap menjaga ketersediaannya dalam alam. Dengan begitu, mau tidak mau kita harus melestarikannya.
Hebatnya lagi, dengan berbekal ilmu budaya tradisi dan moderen itu, saat ini beliau memanfaatkan pengetahuan tersebut untuk membuat minuman fermentasi serta pupuk organik yang telah dikonsumsi dan dimanfaatkan oleh petani diseluruh Bali. Pengetahuan tersebut juga bisa digunakan dalam proses fermentasi sampah organik.
Senang sekali rasanya, wawasan tiang dibuka dan pemahaman tiang dikuatkan kembali bahwa leluhur kita dulu memang mahamatic, memiliki kecerdasan super tinggi.Rahayu 🙏#tabik 23102020