Sisipkan Pesan Saat Antar Jemput

Kurang lebih selama dua bulan terakhir, saya lebih aktif mengantar anak – anak sekolah. Sebelumnya yang lebih banyak mengantar adalah ibunya. Dan saat jemput, terkadang saya lakukan jika memang ada waktu karena kesibukan di kantor.

Dulu sewaktu masih belum mengabdi menjadi kepala desa, setiap sabtu saya pasti luangkan waktu untuk mengantar dan menjemput anak-anak. Karena hanya hari Sabtu waktu saya libur bekerja.

Mengantar anak – anak sekolah bagi saya adalah waktu favorite saya untuk bisa lebih dekat dengan mereka. Jarak dari rumah ke Sekolah kirang lebih 20 menit dengan menaiki mobil. Dalam waktu yang singkat itu seringkali saya gunakan untuk menyisipkan pesan-pesan kepada mereka, sebagai bekal mereka nanti ketika mereka sudah siap.

Kami biasanya ngobrol banyak hal dalam waktu singkat tersebut. Mulai dari perkembangan pelajaran mereka, pergaulan mereka dan teman-temannya dan terkadang juga ngobrolin kendala mereka di rumah saat saya tidak ada.

Saya biasanya menekankan kepada mereka agar sedapat mungkin memiliki banyak teman disekolah. Karena bagi saya teman adalah anugerah dari Tuhan yang suatu saat pasti akan datang untuk menolong kita. Namun, sebelum waktu itu datang, kita wajib untuk lebih banyak lagi menolong dan membantu tanpa pandang bulu.

Nilai akademik penting, tetapi jika tidak diimbangi dengan rasa empati, maka kepintaran akademik menurut saya tidak ada artinya. Kami mencontohkan banyak hal-hal kecil yang pernah kami lakukan dengan harapan menginspirasi mereka dan merangsang empati mereka untuk selalu membantu sesama dan mencintai alam.

Selain itu, nilai-nilai kejujuran juga sering menjadi topik kami. Kami tidak ingin mereka menyembunyikan apa pun. Baik dan buruk yang mereka dapat dan rasakan harus kami bagi bersama, sehingga harapannya akan selalu ada keterbukaan mereka kepada kami tentang rasa yang mereka alami.

Kami tidak selalu menuntut mereka untuk berhasil. Kami juga mengajarkan mereka untuk menerima kegagalan. Karena kami yakin, kesuksesan itu ada karena adanya proses kegagalan demi kegagalan yang telah terjadi sebelumnya. Harapan kami, dengan tidak takut gagal, mereka memiliki semangat tinggi dalam berjuang untuk meraih dan mencoba apa pun yang dirasa baik.

Kami melihat antusiasme diwajah mereka setiap kami bercerita singkat dalam waktu singkat 20 menit tersebut. Saya pun sering merasa kangen dan ingin menikmati lebih banyak lagi waktu itu sebelum nanti mereka tumbuh lebih dewasa.